September 19, 2010

(ENTAH) APA AGAMAMU?

Awalnya saling bela agama masing-masing. Berakhir dengan saling mengutuk. Sumpah serapah diucapkan. Lalu, kemana agama yang katanya mengajarkan manusia untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Mari berkaca!

Persoalan agama, khususnya antara umat Kristiani dan Islam, kian sengit. Di dalam negeri, konflik agama diwarnai dengan penyerangan gereja HKBP Pondok Indah Timur, Bekasi, beberapa waktu lalu. Adalah Front Pembela Islam (FPI) yang menjadi tertuduh. Entah.
Selang satu bulan, konflik agama di Tanah Air kembali memanas. Kali ini, terkait penusukan dan penganiayaan oleh sekelompok orang tak dikenal terhadap seorang penatua gereja dan beberapa jemaatnya. Adalah FPI (lagi) yang menjadi tertuduh. Entah.

Sementara, seorang pendeta dari Amerika Serikat, Terry Jones menuai kecaman berbagai kalangan di seluruh dunia dengan rencana aksinya membakar Al Quran. Aksi Jones itu bukan tanpa alasan, melainkan sebagai protes atas pembangunan masjid di lokasi penyerangan menara kembar World Trade Center (WTC) 11 September 2001 lalu yang disinyalir dimotori oleh Al Qaeda. Entah.

Nah, baru-baru ini, seorang warga negara Australia juga menuai kecaman karena melinting ganja dengan lembaran kitab suci, Al Quran dan Al Kitab. Videonya sempat di-posting di you-tube yang beberapa hari kemudian dihilangkan si pengelola situs. Entah.

Kemudian, jurnalis-jurnalis hebat itu pun semakin hebat menggoreskan tintanya. Isinya beragam; mengecam, mengutuk, membela agama tertentu, menyerang agama tertentu, dan akhirnya opini terbentuk di masyarakat, terutama bagi masyarakat Indonesia yang (maaf) terlalu mudah diprovokasi. Entah, karena latar belakang pendidikan yang kelewat jongkok, atau karena fanatisme terhadap agama sangat kental.

Sekarang tengok, beberapa teman-teman yang bergabung dalam halaman facebook saya juga tak mau ketinggalan. Mereka yang Islam adu balap menuai komentar di halaman facebook masing-masing, isinya kurang lebih mengutuk rencana aksi pembakaran Al Quran. Sedangkan, mereka yang Katolik atau Protestan mengecam penusukan dan penganiayaan penatua dan jemaat gereja. Beberapa dari mereka ada juga yang menyerukan kritik terhadap pemimpin bangsa ini yang kelewat peduli dengan pembakaran Al Quran tetapi mengabaikan kasus penyerangan gereja HKBP di Bekasi.

Saya pribadi, sempat mendiskusikan topik ini dengan beberapa teman, baik yang berlatarbelakang Islam maupun Katolik. Dan, rasa-rasanya, diskusi tersebut sekadar obrolan santai sore kami sambil menengguk sekaleng Coca Cola dan berbatang-batang rokok. Tidak ada yang terlalu serius, tidak ada yang tersinggung.

Meski terlahir sebagai Protestan, saya kerap melewatkan ibadah kebaktian Minggu. Saya tidak meluangkan waktu untuk berdoa sebelum makan atau memberikan perpuluhan ke gereja setiap bulannya. Tidak hanya itu, saya juga kerap meninggalkan ibadah Tahun Baru demi pesta mabuk-mabukan bersama teman-teman.

Tetapi, setidaknya, saya tahu caranya hidup berdampingan dengan manusia yang heterogen, baik dari latarbelakang agama yang berbeda, pendidikan, keluarga, maupun tingkat sosial. Dan, saya menghargai mereka yang atheis, agnostic, atau apapun. It’s a human rights, right?

Jadi, kalau saya yang kerap melewatkan ibadah saja dapat menghargai perbedaan, kenapa kalian yang mengklaim sebagai manusia ber-TUHAN justru tidak ya?

Tidak ada komentar: