November 18, 2010

Sweats the small stuff (nasihat bijak si pemalas)

Mendengar judul tulisan ini, mungkin kalian akan berpikir, mengerikan untuk membesar-besarkan hal kecil. Well, sometimes it is work. Maksud saya, tidak ada salahnya kan melihat hal kecil dari kacamata besar. Karena, hal kecil yang mungkin tercecer, kadang memberikan kebahagiaan. You'll never know.


Saya telah melampaui seperempat abad hidup di bawah bayang-bayang orangtua. Akhir tahun lalu tepatnya, saya memutuskan menjadi anak kos. Banyak hal yang hilang, tentunya. Taruhlah, saya tidak bisa seenaknya berganti-ganti pakaian atau boros menggunakan gelas. Saya juga harus menyediakan waktu untuk melakukan pekerjaan rumah, mencuci atau berbenah misalnya. Huf, melayani diri sendiri adalah makanan saya hari-hari belakangan ini. Tidak hanya itu, saya juga harus menyisihkan seperlima dari penghasilan saya setiap bulannya sebagai jurnalis untuk membayar ongkos sewa kamar kos. Belum lagi, memenuhi kebutuhan bulanan untuk perut buncit saya, termasuk ongkos ngebir dua kali dalam sepekan dan mengunjungi rumah kecantikan. Ya, begitulah harga sebuah eksistensi. Tak heran, sepekan jelang hari gajian saya harus menahan liur acap kali melewati kedai es krim favorit.


Tetapi, saya juga tidak bisa menafikan, ada banyak hal yang saya dapatkan. Privasi dan kebebasan. Saya sih tidak tahu apa lagi hal yang lebih menyenangkan dari memiliki privasi dan kebebasan, selain mewujudkan impian meniduri aktor papan atas Hollywood, seperti Adam Broddy, Channing Tatum, atau Paul Walker, tentunya? Bayangkan, kau bisa bertelanjang di atas tempat tidurmu sendiri tanpa khawatir seseorang akan terkaget-kaget saat membangunkanmu di pagi buta. Atau menangis semalaman setelah melihat pria yang kau cintai mengencani wanita yang jauh lebih cantik darimu. It's privacy! Kau juga tidak perlu lagi mengendap-endap masuk lewat pintu belakang rumahmu saat pulang dalam keadaan mabuk. Dan, kau mendapatkan kebebasan untuk menghisap ganja dan menonton aksi lucu Eddie Murphy setelahnya hingga terkencing-kencing.


I've got it all!


Saya menikmati hidup saya. Sungguh. Saya tidak menyangka, berdiam diri di kamar kos seharian hanya dengan mendengarkan daftar lagu favoritmu dengan kualitas suara headset yang oke sambil menyantap semangkuk koko crunch akan se-menyenangkan ini. Saya tidak menyangka, saya mendapatkan hak untuk tidak mandi di hari libur, merokok dalam posisi tidur, memutar empat judul film tanpa henti untuk ditonton semalam suntuk, menulis jurnal tanpa lampu baca, dan tidak ada yang menertawakan wajah tersipu malu saat membayangkan pria incaranmu bertelanjang dada. It's just awesome. Kau hanya menjadi dirimu sendiri tanpa mendengar ocehan yang sama setiap harinya dari wanita tua yang kau cintai saat memperingatimu, "berapa usiamu sekarang, nak?"


Saya menikmati hidup dari balik koran yang dibaca para penggila bisnis dan investasi. Saya menikmati malam-malam melelahkan yang saya habiskan bersama teman-teman fotografer dan komunitas vespa. Saya menikmati mentari sore dengan mengendarai rongsokan tua buatan tahun 1966 milik saya. Saya menikmati sindiran reporter "bau kencur" tentang tulisan ringan saya di situs jejaring sosial (anggap saja, dia hanya iri). Saya menikmati peran saya sebagai pengantar biskuit, masker, atau pakaian dalam ke daerah bencana. Saya menikmati (tidak benar-benar menikmati sih jelang PMS/pre menstruation syndrom) status lajang ini. Well, setidaknya saya tidak bermuram durja seperti penjudi yang kehilangan koin-koin emasnya.

Tidak ada komentar: