September 29, 2010

Debat Kusir 20 menit, Tarik Maaaaaaang!!!!!

Rabu (29/9), saya bangun cukup siang hari ini. Maklum, aktivitas memindahkan barang dari kamar kos lama ke kamar kos baru semalaman tadi, bukan cuma buang waktu, tapi juga energi. Nafas terengah-engah, sekonyong-konyong saya merasa mau pingsan. Pesan singkat redaktur menyadarkan saya pagi (atau siang) itu. Bunyinya, “listing berita apa hari ini, Rong?”

Gosh! Sontak saya bangkit dari tempat tidur. It’s 10.45 AM.

Mandi ala prajurit (baca: lima menit). Saya bergegas mengambil pakaian secara acak dari lemari, toh gak ada laki-laki potensial di kantor-gak takut terlihat jelek dong. Se-ala kadarnya. Lupa menggunakan parfum, body lotion, apalagi krim jerawat yang ritualnya makan waktu 15-20 menit.

Fajar, nama tukang ojek itu. Saya duduk di belakangnya dan sepeda motor itu pun melesat.

“Itu tanggul yang jebol kemarin, Rong!” kata Fajar menunjuk ke arah kanan sepanjang Ciliwung. “Katanya, 2012 nanti daerah sekitaran sini bakal jadi lautan,” cetusnya dengan nada serius.

“Ah, biarin-lah. Jadi, gak perlu ke Ancol jauh-jauh untuk berjemur. Naek ojek bayar goceng udah bisa nikmatin laut,” jawab saya diikuti gelak tawa.

Saya berpikir. Memang sih, beberapa tahun belakangan ini bencana banjir hampir dialami tidak hanya Indonesia, tetapi juga negara tetangga seperti, Taiwan, Filipina, Singapura, bahkan Rusia. Apa benar serangkaian bencana banjir ini bukti bahwa bumi sudah tua atau dampak global warming, pikir saya. Aduh, maaf kalau ada salah informasi, saya sendiri tidak mendalami isu ini.

“Global warming?” tanya Fajar.

Menutupi pengetahuan saya yang minim. “Ya gitu deh! Abis, orang-orang di luar negeri udah pada mulai mengkampanyekan global warming dengan serius, orang Indonesia malah asyik bangun mal-mal megah, penggunaan AC makin banyak, kendaraan makin bejibun, belum lagi budaya buang sampah sembarangan.”

“Oh gitu ya?” Fajar mencoba meyakini jawaban saya.

Well. Terlepas dari benar atau tidaknya penjelasan saya, saya hanya ingin menularkan pola hidup ramah lingkungan kepada Fajar. That’s it. Seriusssssssss!!

Obrolan saya dan Fajar tak terhenti disitu, sambil melintasi jalan sepanjang Manggarai menuju Palmerah, topik kami semakin hangat. Kali ini, soal pengendara lalu lintas yang kian hari kian memuakkan; pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar, melanggar rambu-rambu lalu lintas, supir bus ugal-ugalan, hobi nge-tem para supir angkot, sampai aksi pembalap-wanna be.

Fajar sempat berencana mencoba menggunakan trotoar untuk menghindari macet. Tetapi, saya melarangnya. “Jangan! Itu kan haknya pejalan kaki,” ucap saya tegas dan Fajar pun mengurungkan niatnya meski beberapa trotoar tampak menggoda selera Fajar-terlihat dari gerak tubuhnya mengontrol kemudi sepeda motor.

“Itu, Jar, orang Indonesia. Gak tertib. Lampu merah diterobos, dan ini lagi iring-iringan pembawa jenazah mengambil jalan forbidden. Ugal-ugalan. Memangnya orang mati punya jam masuk liang kubur apa? Kecuali korban kecelakaan atau ibu hamil yang mendesak melahirkan, perlu-lah kecepatan untuk menolong nyawa orang,” gumam saya.

Fajar sempat diam. Kemudian, angkat suara, “Gini, Rong, kalau semua orang tertib, memang gak bakal ada macet! Masalahnya, kalo gue doang yang berhenti di belakang garis di tiap lampu merah, gue doang yang gak naek trotoar, dan gue doang yang nyuap polisi kalo kena tilang, cape deeeeeeeeeeeeh, Rong!”

Saya tertawa, dan tangan saya mendarat ke punggung belakang si Fajar tukang ojek. “Itulah, Jar, makanya kalau gue punya duit cukup, gue bakal terbang sekarang juga ke luar negeri dan menghabiskan sisa hidup gue disana.”

Batin saya mengeluh, gimana mau maju, wong orang Indonesia itu bangga break the rules-malu menjadi patuh. Ah, semoga saja saya benar-benar dinikahi bule dan diboyong hidup tentram di negeri orang.

Tidak ada komentar: